Sejarah Gunung Krakatau
Pada satu titik di masa prasejarah, sebuah erupsi diperkirakan terjadi dan menciptakan Verlaten, Lang, Poolsche Hoed, dan Rakata. Tidak berapa lama, dua buah cone yaitu Perboewatan dan Danan terbentuk dan bergabung dengan Rakata, membentuk badan utama pulau Krakatau. Pada letusan hebat di tahun 1883, Krakatau saat itu terbentuk dari Lang, Verlaten, dan Krakatau itu sendiri.
Pada satu titik di masa prasejarah, sebuah erupsi diperkirakan terjadi dan menciptakan Verlaten, Lang, Poolsche Hoed, dan Rakata. Tidak berapa lama, dua buah cone yaitu Perboewatan dan Danan terbentuk dan bergabung dengan Rakata, membentuk badan utama pulau Krakatau. Pada letusan hebat di tahun 1883, Krakatau saat itu terbentuk dari Lang, Verlaten, dan Krakatau itu sendiri.
Pada tahun 416, Pustaka Raja menuliskan bahwa ada sebuah suara menggemuruh yang terdengar dari gunung Batuwara yang kemudian disusul oleh suara yang sama dari Kapi.lalu Sebuah api yang menyala naik ke angkasa kemudian seluruh permukaan bumipun bergetar diiringi gemuruh lain diikuti hujan dan badai besar. Tidak ada bukti geologis tentang kejadian ini, meskipun mungkin ini menjelaskan hilangnya area tanah yang sebelumnya menyatukan pulau Jawa dan Sumatera, atau kemungkinan adalah kesalahan tanggal karena pada tahun 535 terjadi sebuah letusan yang besar.
David Keys, seorang arkeolog untuk koran harian London, The Independent, bersama dengan Ken Wohletz dan arkeolog lainnya berspekulasi bahwa sebuah erupsi volkanik yang mungkin berasal dari Krakatau pada tahun 535 adalah alasan terjadinya perubahan iklim global pada tahun 535 hingga 536. Keys menemukan sesuatu yang ia anggap adalah sebuah efek global erupsi abad ke-6 ini dan menuliskannya pada buku dengan judul Catastrophe: An Investigation into the Origins of the Modern World. Selain itu, dan letusannya pada masa itu menjadi bahan perdebatan tentang apa betul letusan itu yang kemudian menjadi pembentuk Rakata, Verlaten, dan Lang. Thornton juga menuliskan bahwa Krakatau disebut sebagai “Gunung Api” pada masa dinasti Sailendra, dan ada beberapa kejadian erupsi yang terjadi pada tahun 850, 1050, 950, 1320, 1530, dan 1150.